Seperti Puisi, Atau Cuma Selusin Kata

Teluh angin menerbangkanku hingga sampai di taman para dewa. Kulihat Oka menimang anaknya di bulan, sambil mengajarkan mantra untuk membujuk Shiwa. Adnyana yang kucari, lagi-lagi ingkar janji. Ia pergi entah kemana, bahkan ia lupa meletakkan canang di altar pura. Mulut Bima terus meracau, membaitkan puisi, meski Arnawa belum datang sesore ini. Sawitri kembali menari. Bunga kamboja di sela telinga, beras putih di dahi, membuat ia secantik peri. Di atas kanvas Redika piawai merangkumnya.


2006