Di bukit yang selalu disaput kabut
kopi terakhir terseruput beraroma maut
Bersama seorang pemuntah mesiu
kami belajar menyimpan nyawa
membebat luka, melepas diri
dari panas acid dan alkali
Impian kami terserak di barak
dengan 1.0 miligram nikotin
dan satu ampul xylocain dalam darah
kami susun skenario dari literatur
perang yang paling sia-sia
yang disemburkan televisi dan koran pagi
Bukan, bukan
ini bukan tentang pemberontakan
Ini tentang perjumpaan suci
bagi para petaruh nyawa dan harga diri
Puncak, 2007
Pancoran di Januari yang Hujan
Demikianlah,
Jam-jam jahanam selalu membuat muka menghitam
Seratus purnama tak kunjung tergenapkan
Meski tetap kau raih, kau tunggu dengan tubuhmu telanjang
Antrean panjang kendaraan mengalun bagai lagu lama
Pelan dan menyimpan kenangan
Tetapi, kisah cintamu terlalu pendek untuk sebuah kota
Yang selalu menyelipkan ketabahan angin, nafas kehidupan
Dari jantung rahasia yang tersimpan di lembar-lembar sajak
Di sudut-sudut jalan yang selalu digenangi kecemasan
Kukenang matamu, kukenang pula tangis yang dihujankan langit
Luruh bersama bayangmu yang sungsang dan kian menghilang
2007
Jam-jam jahanam selalu membuat muka menghitam
Seratus purnama tak kunjung tergenapkan
Meski tetap kau raih, kau tunggu dengan tubuhmu telanjang
Antrean panjang kendaraan mengalun bagai lagu lama
Pelan dan menyimpan kenangan
Tetapi, kisah cintamu terlalu pendek untuk sebuah kota
Yang selalu menyelipkan ketabahan angin, nafas kehidupan
Dari jantung rahasia yang tersimpan di lembar-lembar sajak
Di sudut-sudut jalan yang selalu digenangi kecemasan
Kukenang matamu, kukenang pula tangis yang dihujankan langit
Luruh bersama bayangmu yang sungsang dan kian menghilang
2007
Gambir
Keretamu ada di dadaku
bergetar menderu bersikejar dengan waktu
Simpan saja selamat tinggal itu di saku baju
Tak perlu lama engkau menunggu
Lekas muatkan lukaduka atau apa saja yang kau mau
Sebelum lengking peluit memberangkatkan tubuhku
lenyap menuju senyap, menghilang ditelan sajak-sajak
rindu yang bermuara di matamu
2007
bergetar menderu bersikejar dengan waktu
Simpan saja selamat tinggal itu di saku baju
Tak perlu lama engkau menunggu
Lekas muatkan lukaduka atau apa saja yang kau mau
Sebelum lengking peluit memberangkatkan tubuhku
lenyap menuju senyap, menghilang ditelan sajak-sajak
rindu yang bermuara di matamu
2007
Kenari
Menteng
Malam enggan berlalu
Tak ada yang lebih membosankan dari lama menunggu
Trotoar bertebar aroma daging bakar
Setiap detik harap kami bergema apakabar
Tapi menanti sapa darimu
Membuat lidah kami kelu
Sebelum persimpangan ini
menebarkan hawa kelam
Perkenankan kami tinggalkan dirimu
Bersama santap malam
yang tak lagi nikmat ditelanhabiskan
2007
Tak ada yang lebih membosankan dari lama menunggu
Trotoar bertebar aroma daging bakar
Setiap detik harap kami bergema apakabar
Tapi menanti sapa darimu
Membuat lidah kami kelu
Sebelum persimpangan ini
menebarkan hawa kelam
Perkenankan kami tinggalkan dirimu
Bersama santap malam
yang tak lagi nikmat ditelanhabiskan
2007
Subscribe to:
Posts (Atom)