Di Kotamu

hai, aku datang di kotamu
sihir waktu tak mengubah kampung itu
sudut-sudut gang, tumpukan batu-batu
juga rindu yang pernah kaupesankan untukku

tapi akulah pengembara tersesat
tanpa peta, mencarimu di lengang malam dan sejuta alamat
hingga seorang rahib mengabarkan engkau telah menjelma lautan

disini,
di pantai kesunyian, tempat kita menatap rembulan bulat
wangi sekarmayang rambutmu masih tercium lekat
riak ombak setia berkecipak, menghanyutkan cahaya
dan memantulkan wajah-wajah leluhurmu
ya, semua masih seperti dulu

maka sebelum gelap merampas senja,
biarkan kutulis sajak
kutitipkan kepada angin untukmu
juga pedih dari seribu badik
yang menancap kekal
tepat di jantungku
di jantungku ...


(losari petanghari, nopember 2006)